Kitakini.news – Virus Corona (Covid-19) kembali merenggut nyawa seorang tenaga medis. Seorang dokter 32 tahun di Medan bernama Dennis, meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19, Rabu (12/8/2020).
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan, dr Wijaya Juwarna Sp-THT-KL mengatakan, dengan kejadian ini, dr Dennis pun menjadi dokter ke-tujuh di Medan yang gugur akibat paparan virus Corona.
“Almarhum adalah dokter termuda di Medan yang meninggal dunia dengan infeksi Covid-19. Saat ini temannya yang bekerja di klinik yang sama juga tengah dirawat di ICU salah satu rumah sakit di Kota Medan,” ujarnya, Kamis (13/8/2020).
Untuk di Sumut, kata dr Wijaya, dr Dennis menjadi dokter ke 11 yang meninggal dunia karena Covid-19. Di mana tujuh orang berasal dari IDI Medan, yaitu, dr Ucok Martin SpP, dr Irsan Nofi Hardi Nara Lubis SpS, dr Anna Mari Ulina Bukit, dr Aldreyn Asman Aboet SpAN, KIC, dr Andika Kesuma Putra, SpP (K), dr Ahmad Rasyidi Siregar SpB dan dr Dennis.
Sementara itu, dari IDI Kisaran adalah dr Herwanto SpB, dari IDI Labuhan Batu Utara dr Maya Norismal Pasaribu. Sedangkan dari IDI Padang Sidimpuan dr M Hatta Lubis, SpPD dan dari IDI Langkat dr H Muhammad Arifin Sinaga.
“Semoga darmabakti, dedikasi dan pengabdian beliau akan menjadi suri teladan dan menjadi pendorong semangat bagi tenaga kesehatan dan relawan medis lainnya yang sedang berjuang melawan Covid-19,” ungkapnya.
Sementara itu, Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan SpB membenarkan meninggalnya dr Dennis. Da mengatakan, Dennis meninggal dunia pada Rabu (12/8/2020) sore sekitar pukul 17.53 WIB saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Siloam Medan.
“Sempat dirawat lima hari di (Rumah Sakit) Siloam. Dari pemeriksaan Swab PCR, dr Dennis dipastikan terkonfirmasi positif Covid-19. Jadi kita pastikan untuk Swab PCR nya positif,” tegasnya.
Bertambahnya Dokter di Medan Meninggal Diharapkan tak Timbulkan Kekhawatiran
Menurut Wijaya, banyaknya dokter yang gugur karena Covid-19 tidak akan sampai menimbulkan kekhawatiran terhadap dokter, sehingga sampai harus enggan berpraktik. Karena, kata dia, jauh sebelum ada Covid-19, dokter selalu berpegang teguh pada sumpahnya untuk mengutamakan kesembuhan pasiennya, bahkan menghargai kehidupan sejak masa pembuahan.
“Namun di balik prinsip sumpahnya tersebut, para dokter sebagai warga negara juga wajib mendapat perlindungan dari negara layaknya warga negara lainnya. Saya yakin dan percaya tidak ada satupun dokter akan meninggalkan tanggungjawabnya ini. Sepanjang masih mampu dia bertahan di tengah krisis semangat dan bahaya infeksi Covid-19 yang selalu mengancam,” jelasnya.
Wijaya menyebutkan, kekhawatiran dirinya justru bagi layanan untuk pasien non Covid yang akan terganggu. Mengingat banyak tenaga kesehatan yang justru tidak langsung menangani pasien covid terinfeksi saat ini. Oleh karena itu, dia menuturkan, sangat penting memetakan kembali RS yang ada.
“Jika dinilai satu RS akan lebih bermakna dalam menangani pasien Non Covid, maka RS tersebut tidak boleh menangani pasien Covid, begitu sebaliknya,” pungkasnya.
Reporter : Syahrial Siregar