Kitakini.news – Laju tekanan inflasi di Sumatera Utara (Sumut) yang mencapai 0.75% selama Desember 2020, membuat daya beli masyarakat kian terpuruk.
“Inflasi di Desember tentunya mengganggu pengeluaran umat kristiani, serta menjadi beban pengeluaran di akhir tahun saat pandemi dan resesi pada umumnya,” ujar ekonom dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (6/1/2021).
Kenaikan laju tekanan inflasi, sambungnya, dipicu oleh kenaikan pada komoditas harga cabai. Dan sejauh ini cabai merah dan cabai rawit harganya masih bertahan mahal. Dimana cabai merah bertengger dikisaran Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu/kg. Sementara harga cabai rawit bertahan diangka Rp 95 ribu hingga Rp 110 ribu/kg.
“Dua komoditas itu masih sangat mahal hingga saat ini. Sementara daging ayam sudah kembali turun dan menuju ke rentang angka yang ideal. Saat ini bertengger dikisaran angka Rp 30 ribu hingga 34 ribu/kg. Harga telur juga sama turun dikisaran Rp 25 ribu/kg dari sebelumnya Rp 26 ribu hingga Rp 27 ribu/kg,” jelasnya.
Harga bawang juga demikian, imbuh dia, meski sempat naik namun belakangan mengalami penurunan secara perlahan.
Secara keseluruhan, menurut Gunawan, di bulan Januari prosfek perkembangan harga sejumlah kebutuhan pokok akan mengalami penurunan. Khususnya pada sejumlah komoditas pokok yang harganya masih mahal seperti cabai, daging ayam dan telur ayam.
“Selama tidak ada gangguan cuaca ekstrim, saya melihat potensi penurunan harga tersebut bisa saja terjadi dalam waktu dekat nanti,” terangnya.
Terlebih, ungkap dia, kita tidak berhadapan dengan tren konsumsi yang melonjak menjelang hari besar tertentu. Hanya saja untuk cabai, sejauh ini petani mengeluhkan curah hujan yang tinggi membuat pohon cabai tersebut layu dan mati.
“Nah, ini yang menjadi catatan khusus semoga tidak membuat harga cabai bertahan mahal untuk waktu yang lebih lama,” tukasnya.
Inflasi di Sumatera Utara Terjadi di Semua Kota IHK
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, seluruh kota IHK (Indeks Harga Konsumen) di Sumut inflasi di bulan Desember 2020 yakni Sibolga 1,32%, Pematang Siantar 1,47%, Medan 0,65%; Padang Sidimpuan 1,00% serta Kota Gunung Sitoli 1,87%.
“Maka dari gabungan 5 kota IHK di Sumut pada Desember 2020 inflasi 0,75%,” beber Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi di kantornya Jalan Asrama Medan secara virtual, Senin (4/1/2021) lalu.
Pada bulan Desember 2020, Medan tercatat inflasi 0,65 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 103,48 dibanding November 2020 menjadi 104,15 di bulan Desember 2020. “Dimana Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,00%; pakaian dan alas kaki sebesar 0,12%; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03%; penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,07%; juga perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,38%”, ungkapnya.
Pada kelompok pengeluaran terjadi penurunan indeks yaitu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,05%; kesehatan sebesar 0,03%; dan transportasi sebesar 0,19%. Selain itu ada tiga kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; dan kelompok pendidikan.
“Komoditas utama penyumbang inflasi selama Desember 2020 di Medan, antara lain cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, ikan dencis, minyak goreng, parfum, dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu,” ucap dia.
Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatera, seluruh kota tercatat inflasi. “Inflasi tertinggi di Gunung Sitoli sebesar 1,87% dengan IHK sebesar 107,85 dan terendah di Bengkulu sebesar 0,14 persen dengan IHK sebesar 104,33,” pungkasnya.
Kontributor : Amelia Murni