Harga Minyak Merangkak Naik pasca Pemimpin Hamas Tewas Terbunuh
Melansir berbagai sumber, Ismail Haniyeh, tewas pada Rabu (31/7/2024). Peristiwa ini kembali memicu ketegangan di wilayah yang memproduksi sekitar sepertiga minyak mentah dunia tersebut.
Baca Juga:
Hamas menuding Israel telah membunuh pemimpinnya dalam sebuah serangan udara di Iran. Serangan itu terjadi setelah serangan sebelumnya oleh Israel di Beirut, Lebabon, yang menewaskan seorang komandan senior Hizbullah.
Beberapa hari terakhir ini telah terjadi aksi saling balas tembak, dengan serangan Hizbullah di Dataran Tinggi Golan, yang dikuasai Israel. Serangan ini menewaskan 12 anak-anak. Hal ini berpotensi membahayakan gencatan senjata yang tengah berlangsung antara Israel dan Hamas.
Para pedagang minyak telah menilai risiko eskalasi konflik dan menimbang apakah hal itu dapat menyebabkan lebih banyak serangan terhadap kapal-kapal yang melakukan perjalanan melalui Laut Merah, atau memengaruhi produksi dan ekspor, terutama dari Iran.
Melansir Bloomberg, harga minyak mentah Brent naik mendekati US$80 per barel usai turun 4,5 persen selama tiga sesi sebelumnya. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS (WTI AS) berada di kisaran US$76 per barel.
Di luar Timur Tengah, permintaan minyak global diperkirakan melemah imbas perlambatan ekonomi China yang berkepanjangan terus membebani sentimen.
Acuan Brent diperkirakan akan turun sekitar 8 persen secara bulanan, yang akan menjadi penurunan terbesar tahun ini.
Di sisi lain, harga minyak didorong naik oleh pembatasan suplai OPEC+ dan ekspektasi Bank Sentral AS The Fed akan segera menurunkan suku bunga.
Analis pasar senior di broker Phillip Nova Pte di Singapura Priyanka Sachdeva mengatakan serangan tersebut jelas memupus harapan gencatan senjata.
"Karena ini terjadi di Teheran, sangat masuk akal bahwa ini dapat memicu konflik yang lebih luas dan kita mungkin akan melihat keterlibatan negara-negara lain," ucap dia.