Potensi Energi Surya Indonesia Tinggi, Indonesia Perlu Tangkap Peluang Rantai Pasok
Kitakini.news - Indonesia mempunyai potensi energi surya lebih dari 3.295 GW. Berdasarkan analisis Institute for Essential Services Reform (IESR), kapasitas produksi modul surya Indonesia terbilang meningkat, mencapai 2,3 GW/tahun per Juni 2024. Namun secara ukuran, efisiensi, harga dan kategori panel tier-1, Indonesia masih tertinggal dari modul surya impor.
Baca Juga:
"Modul surya dalam negeri bahkan belum ada yang mendapatkan sertifikasi tier-1, sehingga sulit mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan internasional. Harga PLTS lokal 30-45% lebih tinggi dibandingkan PLTS impor," kata Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha di Media Luncheon Indonesia Solar Summit 2024, Selasa (13/8/2024) di Jakarta.
IESR, jelas dia, mendorong pemerintah untuk meningkatkan daya saing PLTS lokal dengan memberikan insentif baik fiskal maupun non-fiskal untuk mengurangi biaya produksi, terutama apabila berorientasi ekspor, melakukan kerjasama dengan produsen global untuk transfer teknologi, serta memberikan kepastian regulasi dan pasar domestik. Selain itu, pemerintah mengatasi hambatan permintaan dalam negeri yang rendah, salah satunya dengan pengadaan tender yang berkala.
Alvin juga mengungkap teknologimodul suryakini semakin berkembang dengan dominasi teknologi berbasis silikon,di mana teknologi monokristalin menawarkan efisiensi yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, hargamodul suryaturun hingga 66 persen selama 5 tahun terakhir, menjadi sekitar 14,5 USDc/Wp (sekitar Rp 2300/Wp).
"Indonesia perlu menangkap peluang pengembangan rantai pasok industri PLTS di Indonesia agar mampu bersaing dengan produk PLTS impor. Selain itu, ekspansi Tiongkok untuk produksi modul surya Tiongkok ke Asia Tenggara untuk ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa perlu dipandang sebagai kesempatan untuk bekerja sama dalam membangun produksi modul surya dalam negeri," ungkap Alvin.