Ekonom Sumut : Tahun 2023 Harga CPO Akan Relatif Terjaga
Kitakini.news - Tren pergerakan harga CPO di tahun 2022 megikuti tren pergerakan harga minyak mentah dunia. Dan di beberapa waktu tertentu, tren pergerakan harga CPO juga membentuk tren harga yang tidak jauh berbeda dengan harga kacang kedelai.
Baca Juga:
"Namun booming harga CPO sendiri sudah usai, dan harga cenderung bergerak dalam rentang 3.200 hingga 4.300 ringgit per ton di tahun 2023 mendatang," ucap ekonom Sumut Gunawan Benjamin, Jumat (23/12/2022).
Melihat tren pergerakan harga CPO pada saat ini, sambung dia, kedepan atau setidaknya di semester pertama tahun 2023 harga CPO akan relatif terjaga karena didorong oleh faktor musiman (musim kering). Harga CPO berpeluang untuk bisa dipertahankan di level seperti sekarang ini. Meskipun ada ancaman penurunan konsumsi CPO global, yang tercermin dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi negatif dan perlambatan ekonomi di sejumlah Negara importir CPO.
Akan tetapi, konsumsi CPO domestik diperkirakan meningkat. Khususnya terkait dengan penerapan campuran bio diesel atau B35. Sehingga harga CPO global juga relatif akan bertahan mahal yang pada akhirnya akan membuat harga CPO di level petani stabil. Jika konsumsi CPO global melemah di tahun depan, maka kerugian yang didapatkan SUMUT adalah penurunan kinerja ekspor sehingga pendapatan dari valas berpotensi mengalami penurunan.
Akan tetapi jika demand untuk pengolahan CPO menjadi barang jadi seperti biodiesel digerakan sebagai pendorong permintaan. Maka ini akan menjadi kabar baik bagi perusahaan penghasil CPO di tanah air.
"Dan di tahun depan saya memperkirakan kondisi terburuk harga CPO akan berada di rentang harga 2.800 hingga 3.200 ringgit per tonnya," tukasnya.
Kondisi harga CPO berdasarkan skenario terburuk tersebut, belum akan memicu tejadinya guncangan pada bisnis kelapa sawit secara keseluruhan, khususnya pada industri hilir. Namun petani di hulu cukup rentan seandainya harga CPO berada di bawah 3.800 ringgit per ton. Mengingat harga keekonomian TBS di tingkat petani saat ini berada dikisaran 1.800 hingga 2.000 per Kg, seiring kenaikan harga pupuk dan laju tekanan inflasi yang membuat pengeluaran petani sawit meningkat.
"Jadi di tahun 2023 mendatang, perlindungan daya beli untuk petani sawit harus diprioritaskan. Untuk memitigasi kemungkinan penurunan harga sawit di bawah 3.800 ringgit per tonnya. Meskipun di semester I tahun 2023, harga CPO diperkirakan masih akan berada di kisaran harga 4.000 hingga 4.300 per tonnya," tandasnya.
Redaksi