BPS Sumut Tingkatkan Kualitas Statistik Sosial Melalui Bimtek

Kitakini.news - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk meningkatkan kualitas statistik sosial yang lebih baik lagi.

Baca Juga:

• Medan Raih Prestasi Tertinggi di Sumut, IPS Naik Signifikan
• Karo, Sibolga, Medan dan Sidimpuan Deflasi, Buat Deflasi Sumut -0,14% di Agustus 2024
• Kelurahan Cantik Medan Akan Jadi Contoh

Kegiatan berlangsung 20-23 November 2023, Bimtek digelar di Hotel Emerald Garden Medan ini juga sekaligus menyokong kegiatan BPS 2024.

"Melalui kegiatan ini kita menyamakan frekuensi dan pemahaman agar standarisasi pelaksanaan lapangan nanti bisa lebih baik lagi," ucap Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin pada pembukaan Bimtek diikuti penanggung jawab statistik sosial dari 33 BPS kabupaten/kota di Sumut, Selasa (21/11/2023).

Nurul Hasanudin menyebut, di dalam standarisasi pendataan itu juga terdapat satu jaminan terkait dengan lahirnya kualitas data. Menurutnya, kalau tidak ada standar, tidak berbanding dan masing-masing pemahamannya. Ketika bersatu di satu data provinsi maka itu akan terjadi persoalan.

"Akan ada kelemahan disana-sini," ujarnya.

Nurul Hasanudin menjelaskan, untuk peserta Bimtek dari 33 kabupaten/kota itu ada yang baru dan ada yang lama.

"Jadi yang lama ada dari Nias Barat. Ini karena BPS belum ada di sana, jadi direkrut dari Nias induk untuk bisa menguatkan agar bisa mengawal pelaksanaan lapangan sosial di sana," jelasnya.

Disebutkannya, ada juga beberapa yang mutasi, dan karena baru pindah antar kota dan, maka dikuatkan kemampuannya agar betul-betul sama.

Diakuinya, ketimpangan dari sisi kompetensi antara kabupaten/kota pastilah ada.

"Levelisasi pemahaman itu ada. Mungkin yang lebih paham provinsi karena sudah biasa melihat dan hasilnya sudah terlihat. Jadi kegiatan ini memang menguatkan karena boleh jadi masalahnya misalnya ada pada akses," tuturnya.

Ia mencontohkan, untuk mencapai kepulauan di Nias Selatan memiliki kendala tersendiri. Tidak bisa dihindari, kata dia, beberapa akses itu yang menjadi faktor apakah itu fakta terkait dengan kepulauan, jarak, termasuk daerah-daerah sulit.

"Ada seperti di Kepulauan Nias. Itu punya karakteristik jadi strateginya berbeda dengan di daerah tinggi misalnya di Danau Toba, termasuk di pantai barat dan pantai timur. Itu ada perbedaan strategi untuk kita mengawal kualitas datanya terutama di dalam merekrut petugas," jelasnya.

Ia menyebut petugas itu banyak yang direkrut dari masyarakat. Proses dan cara melatihnya harus disesuaikan seperti soal bahasa.

"Itu juga strategi kita untuk memudahkan pendataan di lapangan," katanya.

Ia pun berharap, petugas yang diundang dalam Bimtek ini bisa melakukan pelatihannya dengan baik, karena ini proses untuk mengawal kualitas data sesungguhnya.

Hasan mengatakan, untuk poin-poin yang ditekankan untuk statistik sosial di setiap daerah sama, karena kuesionernya sama. Pertanyaan yang ditanyakan sama.

"Hanya bagaimana menyampaikan satu pertanyaan tapi dipersepsikan dengan sama. Saya contohkan pendataan pengeluaran makan. Ada yang digali dengan dalam. Ada yang masih permukaannya saja, misalnya cuma jenis makanan. Tapi ada juga yang mendalam hingga menanyakan bumbunya," bebernya.

Ia mengingatkan, petugas bukan sekadar mendata, tapi harus lengkap sesuai fakta.