Jalur Distribusi Yang Panjang Jadi Pemicu Kenaikan Harga Barang
Kitakini.news - Ketersediaan pasokan komoditas pangan menjelang Bulan Suci Ramadhan 1445 Hijriah di Sumatera Utara dipastikan aman dan mencukupi. Namun, panjangnya jalur distribusi, kerap menjadi pemicu kenaikan harga barang.
Baca Juga:
"Berdasarkan data BPS, beras Sumut mencapai 26.699 ton, daging ayam 35.630 ton, dan telur ayam sebanyak 73 juta Kilogram. Jadi permasalahan saat ini bukanlah pasokan pangan yang kurang, melainkan jalur distribusi yang cukup panjang," ujar Penjabat Gubernur Sumut (Pj Gubsu) Hassanudin saat rapat High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumut di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur, Jalan Diponegoro Nomor 30, Medan, Kamis (7/3/2024).
Menurut Hasaanudin, hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak tekait yang menjadi pemegang kebijakan.
"Dari kondisi ini masalah kita bukan pasokan. Tapi rantai pasok atau tata niaga yang cukup panjang dan tidak efisien," cetusnya.
Hassanudin menjelaskan, saat ini juga dibutuhkan optimalisasi kerjasama antar daerah. Pada prinsipnya, kerjasama antar daerah dilakukan dengan cara menyuplai pasokan ke daerah-daerah defisit, dari daerah surplus.
"Untuk itu, kita mesti menguatkan kelembagaan kita, dan memperkuat BUMD pangan kita sebagai agregator," imbuhnya.
Hassanudin juga mendorong para kepala daerah se-Sumut untuk melakukan pasar murah. Sebab, pasar murah terbukti dapat menahan laju inflasi, apabila dilakukan secara masif.
"Kami juga mengajak Bulog, produsen dan distributor minyak goreng, gula, telur ayam juga dapat melakukan pasar murah yang langsung menyentuh konsumen akhir terutama masyarakat kelas bawah," pintanya.
Selain itu, lanjut Hassanudin, saat mudik Hari Raya Idil Fitri 1445 Hijriah, pihaknya mendorong program Mudik Gratis. Karena sektor transportasi juga termasuk salah satu pemicu inflasi.
"Untuk itu segera dipersiapkan dengan baik program Mudik Gratis, agar berjalan dengan baik. Kita yakin akan dapat menekan laju inflasi yang diperkirakan pada momen hari raya akan mengalami kenaikan," bebernya.
Pada Februari 2024, inflasi Sumut secara year on year (y-on-y) sebesar 2,50 persen. Sumut masuk 10 provinsi dengan inflasi terendah nasional. Sementara itu, inflasi nasional saat ini mencapai 2,75 persen.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut I Gede Putu Wira mengatakan, ada beberapa komoditas penyumbang inflasi di Sumut termasuk beras, daging ayam dan cabai merah dan lainnya.
Oleh sebab itu, Wira memberikan beberapa rekomendasi. Mulai dari optimalkan pasar murah, manfaatkan fasilitasi distribusi pangan, pemberian subsidi ongkos distribusi pangan, hingga melakukan sidak pasar.
Hadir pada kesempatan tersebut Kapolda Sumut Agung Setya Imam Effendi, Kepala daerah se-Sumut, Sekda sukut Arief S Trinugroho dan OPD Pemprovsu. (**)