Timwas Haji DPR-RI Temui Jemaah Haji Plus Ditipu Biro
Kitakini.news - Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) melalui Tim Pengawas Haji menemukan adanya rombongan jemaah Haji Plus yang mengaku ditipu oleh Biro Haji yang mengurus perjalanan mereka.
Baca Juga:
Diketahui, bahwa mereka tidak memperoleh fasilitas bus dan tidak mendapatkan tenda ketika Wukuf di Arafah maupun saat Mabit di Mina. Akibat biro travel yang tidak amanah, para jemaah haji khusus tersebut terkatung-katung di Tanah Suci tanpa pelayanan. Bahkan mereka pernah tidak mendapatkan jatah makan hingga mengais makanan sisa dari jemaah lain.
"Di Mina ini kami tidak disewakan tenda, Pak. Padahal dari biro menjanjikan kami dapat akomodasi di Mina. Kami sempat bolak-balik dari hotel kami di Aziziyah menuju Mina selama dua malam. Sekarang kami tidak kuat lagi. Kemarin kami sempat terdampar istirahat di dekat Jamarat karena tidak ada tenda yang kami tuju di Mina. Sekarang ini kami ke Mina karena mendapatkan bantuan atau solusi," beber seorang jemaah Haji Plus yang enggan disebutkan namanya kepada anggota Timwas Haji DPR-RI Wisnu Wijaya saat mampir istirahat di Mina.
Jemaah
haji khusus asal Jakarta itu merasa sudah ditipu oleh biro travel yang mengurus
perjalanan ibadah hajinya. Tak hanya terbengkalai di Mina, di Arafah pun mereka
terlunta-lunta. Pihak biro tidak menyewakan bus resmi maktab untuk mereka
seperti yang dijanjikan.
"Kami dijemput di luar waktu normal. Pihak biro bilangnya itu bus maktab.
Padahal di badan bus tidak ada nomor identitas maktab. Tidak ada scan kartu
nusuk jemaah, pintu bus juga tidak disegel. Ternyata benar, bus yang kami
tumpangi tidak bisa memasuki area penjagaan karena bukan bus resmi. Terpaksa
kami harus menempuh 5 jam perjalanan ke Arafah karena bus kami beberapa kali
tidak boleh masuk ke kawasan Maktab oleh Polisi," paparnya.
Hal yang sama juga dikatakan Jemaah haji plus yang lain, bahwa sesampai di
Arafah, tenda maktab yang dijanjikan biro kepada mereka juga tidak jelas.
Awalnya, biro menyampaikan kalau tenda mereka kelas VVIP di Maktab 116, lalu
berubah menjadi Maktab 111-A. Setelah berputar ternyata Maktab 111-A tidak ada,
yang ada Maktab 111+.
"Kami kelelahan karena jalan hampir 12 kilometer, berputar-putar tidak jelas dibawah
terik Matahari yang suhunya 46 Derajat Celcius. Tidak ada tuntunan dari biro
hingga rombongan kami terpisah-pisah. Rombongan kami yang nyasar tidak bisa
dikembalikan karena ID card yang kami pakai tidak sesuai. Di ID card tertulis
'Maktab 116', disampaikan lisan oleh biro 'Maktab 111-A', realitanya yang ada
'Maktab 111+' dan itu maktab jemaah lain. Ternyata biro memang tidak menyewakan
maktab untuk kami. Akhirnya kami ditampung sementara di Maktab 111," ungkap
jemaah haji perempuan asal Cikarang itu.
Yang paling fatal, lanjutnya, rombongan kehilangan waktu Wukuf di Arafah dan
tidak bisa Mabit di Muzdalifah.
"Ini
akibat paling fatal dunia akhirat. Kondisi kami berantakan di Arafah sampai
kami kehilangan momen Wukuf dan tidak bisa Mabit di Muzdalifah. Fisik kami
sangat lelah dan bus yang membawa kami tidak jelas," tuturnya.
Buruknya pelayanan biro, tambahnya, sudah terbaca sejak pertama tiba di Makkah.
Pasalnya, mereka dijanjikan transit di hotel bintang lima tapi kenyataannya
setiba di Mekkah mereka diinapkan di WEG Mashaer Hotel, hotel bintang tiga yang
berlokasi di Aziziyah. Yang mengkhawatirkan, di hotel ini mereka dijadikan satu
dengan jemaah haji lain yang tidak punya visa haji resmi.
"Kami sempat ketar-ketir kalau terjadi apa-apa.Eeeh,
malah muthawif kami yang ditangkap karena tidak dibekali Kartu Nusuk. Untung,
kami punya Kartu Nusuk jadi aman. Akibatnya tidak ada pembimbing yang
mengarahkan dan mengedukasi kami. Tidak ada kajian yang menambah wawasan
spiritual kami," urainya.
Dia menambahkan konsumsi yang disediakan biro tidak sesuai standar gizi dan
sering tidak tepat waktu. Saat mau berangkat ke Arafah tidak disediakan sarapan
pagi. Jemaah juga tidak bisa makan siang karena tercecer akibat mencari maktab
di Arafah. Air minum tidak disediakan kecuali kalau diminta. Padahal air minum
ini sangat vital dalam menjalankan rangkaian ibadah haji," pungkasnya.
Menanggapi keluh kesah jemaah haji plus tersebut, anggota Timwas DPR RI Wisnu
Wijaya mengatakan pihaknya mencatat semua laporan tersebut sebagai temuan
Timwas DPR. Secara teknis, pihaknya telah mengoordinasikan dengan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan pengambil kebijakan di Kementerian
Agama.
"Kami meminta kepada Kementerian Agama untuk mengevaluasi besar-besaran para
pihak biro travel pengelola perjalanan haji. Kemenag harus bertindak tegas
dengan mencabut izin operasional biro-biro haji umrah yang nakal," tandas Wisnu. (**)