Hassanudin Laporkan Pelaksanaan Intervensi Stunting di Sumut Kepada Menko PMK
Kitakini.news -Penjabat Gubernur Sumatera Utara (Pj Gubsu) Hassanudin melaporkan pelaksanaan intervensi Stunting kepada Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pembahasan Evaluasi Capaian Pelaksanaan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting Tahun 2024 yang dilaksanakan melalui zoom, Jumat (21/6/2024).
Baca Juga:
Pada rapat tersebut, Hassanudin melaporkan bahwa Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) terus berkomitmen untuk menekan Prevalensi Stunting, pada tahun 2023 turun menjadi 18,9 persen dan tahun 2024 optimis turun menjadi 14 persen. Untuk mencapai hal itu, Pemprovsu terus mengintensifkan tiga poin prioritas, dalam upaya pencegahan stunting di 33 kabupaten/kota.
"Yang pertama, dengan memaksimalkan program pemberian makanan tambahan (PMT) yang memanfaatkan pangan lokal. Kedua, mengarahkan penggunaan Dana Desa untuk PMT kepada Balita dan ibu hamil. Ini merupakan upaya kami untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang membutuhkan," paparnya.
Ketiga,
lanjut Hassanudin, melaksanakan program Bapak Asuh anak Stunting dengan melibatkan dari berbagai elemen masyarakat. Selain
tiga poin tersebut, Pemprovsu juga telah melaksanakan Kick Off gerakan intervensi serentak di 28 kabupaten/kota, dengan
sejumlah agenda. Salah satunya adalah memastikan bahwa Posyandu aktif 100
persen.
Hassanudin
juga melaporkan, bahwa 72,41 persen pengukuran Balita dengan Prevalensi Stunting hanya 2,57 persen.
Sebesar 54,09 persen ibu hamil telah diukur lingkar lengan atas (LILA) dan
hasilnya 6,36 persen ibu hamil dengan status kurang energi kronis (KEK).
Kemudian
pengukuran calon pengantin telah mencapai 35,4 persen. Ditegaskan, upaya
pengukuran akan terus dilakukan secara berkala untuk memastikan kesehatan dan
kesejahteraan ibu hami dan Balita.
"Saat
ini Sumut memiliki 614 unit Puskesmas, 15.344 unit Posyandu aktif. Sebanyak 96
persen Puskesmas telah dilengkapi Antropometri standar dan sebanyak 77 persen
Posyandu telah dilengkapi alat Antropometri standar," ucap Hassanudin.
Disampaikan
juga, upaya lainnya yang dilakukan dalam akselerasi percepatan penurunan
stunting tahun 2024 di Sumut, dengan mengalokasikan berbagai sumber anggaran.
Seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik (BOKB) senilai Rp201,833 miliar,
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) berupa dana salur Puskesmas dan PMT
berbahan pangan lokal senilai Rp 116,664 Miliar, serta dana APBDes Rp232,139 Miliar.
"Upaya
pengendalian Prevalensi Stunting di
Sumut adalah sebuah prioritas yang tidak terbantahkan. Kami akan terus
berkomitmen untuk mengintensifkan langkah-langkah dalam pencegahan Stunting. Tentunya melalui kolaborasi
lintas sektor, penguatan program-program intervensi, serta peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan kesehatan anak-anak. Melalui rapat
ini, kami sangat mengharapkan dukungan, bimbingan dari Bapak Menko untuk kami
laksanakan selanjutnya dalam pencegahan Stunting di Sumut," pungkasnya.
Sebelumnya
Menko PMK Muhadjir mengatakan, pelaksanaan Rakor yang diikuti seluruh provinsi,
dan kabupaten/kota, untuk melihat capaian dan kualitas data rutin nasional
tahun 2024. Hasil yang didapat juga akan menjadi bagian dari langkah pencegahan Stunting dan intervensi serentak untuk mempercepat penurunan Stunting di Indonesia.
"Kita
ingin memastikan sebetulnya berapa capaian dan kualitas pemantauan pertumbuhan
tahun 2024 untuk menentukan intervensi bagi yang bermasalah gizi, karena ada
perintah dari Bapak Presiden tahun 2024 nanti terakhir itu minimum 14 persen.
Ini akan kita jadikan dasar untuk intervensi kemudian melakukan langkah
pencegahan Stunting pada tahun berikutnya," pungkas Muhadjir. (**)