Sektor Pariwisata Wajib Awas, Puncak La Nina Diprediksi Oktober atau November
Dan, La Nina diprediksi mencapai puncak sekitar Oktober atau November 2024 hingga berpotensi mengganggu sektor pariwisata.
Baca Juga:
Melansir berbagai sumber, Kamis (11/7/2024), hal ini diungkapkan peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan.
"Wisata alam terbuka, seperti pantai, pegunungan, atau air terjun bisa terdampak akibat kemunculan La Nina," kata Eddy.
Eddy menuturkan La Nina membuat awan-awan besar yang terbentuk akibat pemanasan air laut menjadi sulit meninggalkan wilayah Indonesia karena kawasan timur tidak panas.
"Awan-awan besar itu menuju ke pusat tekanan rendah. Bagaimana mungkin terbentuk pusat tekanan rendah kalau suhu permukaan laut mendingin," ujarnya.
Sebagai informasi, fenomena La Nina adalah pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.
Selama La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik mengalami penurunan.
Fenomena La Nina kali ini diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret 2025 mendatang.
Kemunculan fenomena iklim tersebut membuat musim kemarau di Indonesia menjadi lebih singkat karena puncak kemarau yang seharusnya terjadi pada Agustus hingga September 2024 cenderung basah.
Eddy memandang selama La Nina berlangsung industri pariwisata yang berada di Bali ataupun Lombok akan tertekan akibat penurunan kunjungan wisatawan.
Ketika musim hujan yang disertai lebih banyak badai, maka orang-orang cenderung menunda perjalanan wisata ke alam terbuka sampai kondisi cuaca dinyatakan tenang dan aman.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 11,68 juta jiwa pada tahun 2023.
Angka itu naik 98,30 persen bila dibandingkan data kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2022 yang tercatat hanya berjumlah 5,89 juta jiwa.*