Jumat, 22 November 2024

Kepala Inspektorat Deliserdang Singgung Kode Etik Jurnalistik: Main Todong

Riswandi - Jumat, 18 Oktober 2024 02:20 WIB
Kepala Inspektorat Deliserdang Singgung Kode Etik Jurnalistik: Main Todong
Teks foto : Kepala Inspektorat Deliserdang, Edwin Nasution. (Noer)

Kitakini.news -Kepala Inspektorat Deli Serdang, Edwin Nasution mengklarifikasi terkait video ricuh antara dirinya dan oknum yang mengaku wartawan di depan kantornya belum lama ini. Ia menyebut bahwa yang bersangkutan seakan main todong kamera ke arahnya.

Baca Juga:

"Saya mohon maaf kepada teman-teman wartawan yang telah bekerja profesional selama ini. Tetapi saya merasa kemarin itu, menurut saya cara oknum wartawan kepada saya, main todong tanpa memulai pembicaraan yang baik," ujar Edwin menanggapi video dan berita yang menyudutkan dirinya, Kamis (17/10/2024).

Menurut Edwin, cara seperti itu sangat tak lazim serta menunjukkan sikap arogan dan tendensius. Mengingat apa yang dimaksudkan oknum wartawan itu, bukan menyangkut soal dirinya. Meskipun begitu, secara organisasi sikap anggotanya tetap harus dievaluasi dan diberikan peringatan.

"Kita mengakui memang ada disebutkan anggota kita yang diduga pada saat berfoto, berpose dengan mengacungkan jari tertentu dan itu memancing komentar publik. Terkait dugaan itu, pegawai tersebut udah kita panggil untuk diproses, diperiksa dan dijatuhi hukuman disiplin, serta yang bersangkutan juga sudah dipanggil Bawaslu Deliserdang" ungkapnya.

Namun Edwin menyayangkan sikap oknum yang menurutnya wartawan itu, menodongkan kamera ke arah wajahnya. Sebab, biasanya dalam hal konfirmasi, ada pembicaraan offtherecord, guna menghindari hal-hal tidak diinginkan.

"Saya beberapa kali bertemu rekan rekan wartawan, terkait hal tertentu. Caranya, mereka datang ke saya, bicara baik-baik, sampaikan maksud baik-baik. Saya paham ini masalah publik, tetapi caranya tidak bisa arogan juga lah, ayo kita bersahabat untuk membangun Deliserdang dan saya siap berdialog dengan rekan-rekan wartawan" katanya.

Menanggapi masalah ini, Pengamat Sosial dan Informasi Publik, M Iqbal menilai bahwa sikap Kepala Inspektorat Deliserdang terkesan sedikit kesal dengan cara oknum yang merekam secara langsung dirinya, seolah interogasi itu dilakukan kepada tersangka korupsi, apalagi dari video yang beradar, Edwin Nasution seperti sudah kenal dekat dengan wartawan.

"Dari gesturnya yang menggaruk-garuk kepala dan tersenyum sambil diwawancara, menunjukkan bahwa pejabat itu sejatinya sudah kenal dengan wartawan yang dihadapinya. Yang kurang pas, mengapa setelah beberapa saat, baru pejabat itu sadar ada yang merekam, dan dia pertanyakan apakah sudah ada minta izin untuk membuat video. Mungkin maksudnya, di awal tidak ada wawancara video. Inikan seperti ada yang tidak cocok, jadi perlu penjelasan yang lengkap," ujarnya.

Dirinya berharap para pejabat untuk mempertimbangkan segala sesuatu baik tindakan maupun ucapan di hadapan publik, sebelum dilakukan dan diucapkan. Sebab apapun yang keluar dari seorang pejabat, selama masih menyangkut tugas dan fungsi publiknya, itu menjadi hak publik.

"Ya mungkin ini menjadi pelajaran bagi para pejabat untuk lebih bijak dalam menghadapi awak media. Apalagi yang dipertanyakan juga soal aparatur negara yang terpublikasi. Walaupun kita belum tahu, apakah foto itu dipublikasikan sengaja atau memang dicari-cari dokumen dan bocor ke ranah publik. Apalagi ada yang mengaitkan dengan persoalan keberpihakan, jadi sebaiknya kita beri waktu Inspektorat membina anggotanya", katanya.

Dalam beberapa pengalaman, Iqbal menyebutkan bahwa untuk sesi foto, terutama soal mengacungkan jari tertentu di masa Pemilu atau Pilkada, biasanya langsung diberikan peringatan oleh pimpinan. Jika terlanjur, diminta agar foto tidak dipublikasikan.

"Kalau sudah tersebar ke banyak orang, wajar saja menjadi incaran wartawan untuk meminta klarifikasi dari yang bersangkutan, atau paling sederhana itu ke pimpinannya. Hanya saja, untuk tindaklanjut oleh wartawan, biasanya konfirmasi langsung dan minta persetujuan dari narasumber, khususnya untuk video. Kalau memang tak mau menjawab, ya di berita tinggal dijelaskan bahwa narasumber tak bersedia berkomentar," jelasnya.

Sedangkan terkait tudingan arogan, Iqbal mengatakan ada unsur subjektif antara Kepala Inspektorat dan oknum wartawan, yang dimungkinkan bahwa keduanya sudah saling mengenal. Sementara soal isu tudigan memihak kepada Paslon tertentu di Pilkada Deliserdang, ia menegaskan bahwa dalam kode etik Jurnalistik, wartawan Indonesia harus independen.

"Secara psikologi, keberpihakan dimanapun akan mempengaruhi sikap dan mengganggu profesionalitas bekerja. Kode etik jurnalistik pertama itu, adalah independen. Dan jangan lupa, ada istilah offtherecord sebelum ada putusan yang bersifat hukum tetap atau yang berpotensi menyangkut nama baik seseorang atau ancaman lain. Ya dalam sesi wawancara juga biasanya ada itu kan, (pejabat) silakan gunakan itu jika diperlukan," sebutnya.

Dari kejadian itu, Iqbal berharap para pejabat lebih tenang menghadapi wartawan dan tak perlu takut. Namun bukan berarti dianggap tidak penting. Karena menurutnya, wartawan profesional itu, selalu mencari fakta dan kebenaran, bukan mencari-cari kesalahan. Serta menjaga etika dan profesionalitas dalam bekerja.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Soal Ribut Wartawan dengan Kepala Inspektorat Deliserdang, Ini Pengakuannya

Soal Ribut Wartawan dengan Kepala Inspektorat Deliserdang, Ini Pengakuannya

Oknum ASN & Non ASN Pemkab Deliserdang Diduga Kampanyekan Paslon Nomor 3

Oknum ASN & Non ASN Pemkab Deliserdang Diduga Kampanyekan Paslon Nomor 3

Gelar Sosialisasi, Pemkab Deliserdang Komitmen Lawan Korupsi

Gelar Sosialisasi, Pemkab Deliserdang Komitmen Lawan Korupsi

Komentar
Berita Terbaru