Pilkada 2024 Terindikasi Dimanipulasi, Emak-Emak Sumut Minta DPRD Bentuk Pansus
Kitakini.news - Ratusan warga sebagian besar emak-emak yang mengatasnamakan Rakyat Sumut Bergerak menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara (DPRD Sumut) jalan Imam Bonjol Medan, Selasa (10/12/2024).
Baca Juga:
Salah satu tuntutan utama mereka adalah mendesak badan legislatif itu segera membentuk Panitia Khusus (Pansus) Pilkada 2024 yang dinilai curang dan terindikasi dimanipulasi.
Peserta aksi yang datang secara rombongan menggunakan kendaran odong-odong itu dan kendaraan roda itu datang ke gedung dewan, sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Mereka juga membawa mobil komando, tempat sejumlah kordinator aksi, yakni Ade Surya dan Riskinta Sitepu menyampaikan keprihatinannya atas pelaksanaan Pilkada serentak yang digelar, Rabu (27/11/2024) lalu.
Ade Surya meneriakkan Pilkada di Sumut yang mencakup 33 kabupaten/kota tidak berjalan demokratis. Hal itu ditandai dengan banyaknya warga yang menerima undangan C1 di saat musibah banjir.
"Kemudian ada cawe-cawe dugaan keterlibatan oknum pemerintah, mulai dari camat hingga lurah dan kepala desa yang tampaknya mengarahkan untuk memenangkan satu pasangan calon," katanya.
Dugaan kecurangan lainnya dilontarkan Riskinta Sitepu yang menuding pasukan "cokelat" ikut bermain untuk memenangkan paslon tertentu.
"Pasukan cokelat tidak kita pungkiri, ikut bermain dalam Pilkada ini," kata Riskinta, mengacu pada baju seragamam aparat penegak hukum.
Selain itu, katanya, pihak pendemo juga menemukan ada indikasi terjadi manipulasi suara, yang diduga dilakukan oknum tertentu untuk mencoblos lebih dari satu surat suara. "Ini sangat merusak demokrasi," katanya.
Kenapa ada manipulasi suara? Hal itu dibuktikan dengan banyaknya emak-emak yang hadir dalam aksi demo yang dijaga personel kepolisian dan pihak security dewan.
Kemunduran Demokrasi
Sementara itu, salah seorang pengunjungrasa perempuan mengatakan, kalau emak-emak sudah turun lebih dari satu orang, maka pihaknya melihat sedang terjadi sesuatu yang tidak baik.
"Ini kita lebih dari 50 emak-emak ikut unjukrasa, itu artinya provinsi ini sedang mengalami kemunduran demokrasi. Itu menandakan pula ada dinasti kekuasaan. Kita tidak ingin ada dinasti kekuasaan ini, " katanya.
Karenanya, kehadiran mereka di gedung dewan itu untuk meminta ketegasan DPRD Sumut segera membentuk Pansus Pilkada 2024.
Aksi unjukrasa ini semula berjalan lancar setelah perwakilan peserta aksi secara bergiliran menyampaikan orasi, yang intinya ingin agar wakil rakyat itu keluar menemui peserta aksi.
Namun setelah menunggu cukup lama, kesabaran peserta aksi tampak mulai habis. Puncaknya salah seorang peserta aksi berusaha memanjat pagar besi gedung dewan dan menyampaikan orasinya dari atas pagar , setelah keinginannya masuk ditepis oleh personel kepolisian.
Aksi dorong-dorongan sempat terjadi karena ingin masuk ke gedung dewan, lantaran hingga diberi batas waktu, para wakil rakyat tidak kunjung keluar.
Hingga akhirnya Humas DPRD Sumut, M Sofyan menemui massa aksi, dan akan menyahuti aspirasi mereka, meski massa menolak kehadirannya.
Massa aksi tetap bersikeras yang hadir adalah para anggota dewan, yang menurut mereka ada di dalam.
Karena menunggu terlalu lama, peserta aksi akhirnya meninggalkan gedung dewan dengan tertib. (**)