Senin, 10 Maret 2025

RSUD Djoelham Binjai Bantah Tewasnya Pasien Hemodialisa Akibat Malpraktek

Junaidi - Sabtu, 08 Maret 2025 03:03 WIB
RSUD Djoelham Binjai Bantah Tewasnya Pasien Hemodialisa Akibat Malpraktek
(Kitakini.news/Junaidi)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) DR. DJoelham Binjai menggelar konferensi pers terkait adanya dugaan malpraktik sehingga menyebabkan kematian salah seorang pasien bernama Rantam br Ketaren (75) yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) di Rumah Sakit milik Pe

Kitakini.news -Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) DR. DJoelham Binjai menggelar konferensi pers terkait adanya dugaan malpraktik sehingga menyebabkan kematian salah seorang pasien bernama Rantam br Ketaren (75) yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) di Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Binjai tersebut.

Baca Juga:

Konferensi pers yang digelar di Aula RSUD DR. Djoelham Binjai, Kamis (6/3/2025) dihadiri langsung oleh Pelaksana tugas (Plt) Direktur RSUD DR. Djoelham Binjai, Romi A. Lukman, penanggungjawab Hemodialisa Alfred Situmorang serta kuasa hukum pihak Rumah Sakit, Arif Budiman Simatupang.

Menurut Romi, pelayanan yang diberikan oleh RSUD DR. Djoelham Binjai kepada para pasien sudah sesuai Standard Operasional Prosedur (SOP)."Untuk kasus ini, kami sudah sesuai prosedur. Kami juga minta segala tuduhan atau dugaan tersebut jangan hanya yang kita lihat saja," ungkapnya.

Terkait pelayanan yang kurang baik ataupun kekurangan di RSUD DR. Djoelham Binjai, pria yang baru sekitar sebulan menjabat sebagai Plt Direktur tersebut mengaku sudah mulai melakukan perbaikan.

Disinggung adanya pasokan air dari BPBD Binjai bertepatan dengan proses cuci darah terhadap korban, Plt. Direktur RSUD DR. Djoelham tersebut menegaskan bahwa hal itu untuk menjaga kestabilan air.

"Kalau ditanya mengapa harus air dari Damkar dan apakah disini tidak ada air seperti yang disampaikan anak korban dengan kwalitas buruk, hal itu tentunya tidak. Kita disini ada pasokan air seperti dari BPBD yang tujuannya untuk menjaga kestabilan air tersebut," ucap Romi.

Walau pun pasokan air dari BPBD Binjai tersebut merupakan air yang bersih, sebut Romi, namun pihaknya tidak serta merta langsung memasukkan ke mesin Hemodialisa.

"Air yang dari BPBD itu pasti air bersih dan bukan air yang diduga seperti di pemberitaan, yaitu tidak steril. Air itu juga bukan serta merta masuk ke mesin. Terlebih dahulu akan di filter atau disaring lagi hingga memenuhi standard dan layak untuk di pakai," ujarnya.

Begitu pun, Romi mengungkapkan belasungkawa atas meninggalnya korban. Sebab menurutnya, pelayanan yang diberikan terhadap pasien tersebut sudah maksimal."Kami turut berbelasungkawa, semoga keluarga tabah dan ikhlas," tuturnya.

Sementara itu, penanggungjawab Hemodialisa di RSUD DR. Djoelham Binjai Alfred Situmorang saat disinggung tentang adanya tulisan "No Water" dalam proses cuci darah terhadap korban mengatakan, proses (cuci darah) tetap bisa dilakukan meskipun mengalami kekurangan air.

"Jadi fungsi air itu untuk menjaga kestabilan pasokan air yang masuk ke mesin. Dalam hal ini, kurang air yang dimaksud tidak secara spesifik ke mesin. Air pada tubuh pasien yang menjalani cuci darah ibarat pasien yang menjalani cuci darah dalam kondisi puasa," bebernya.

Disoal apakah darah akan dapat mengalami pembekuan karena kekurangan air saat dilakukan proses cuci darah, dokter spesialis penyakit dalam itu pun langsung menjawabnya.

"Memang darah yang dikeluarkan dari tubuh dan sifat darah memang akan membeku kalau keluar dari pembuluh darah. Namun dalam proses cuci darah, ada yang namanya Efalin yang berfungsi untuk mengencerkan darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika ada trouble, maka akan ada SOP nya, biasanya HD itu kita hentikan dan darah akan balik lagi ke pasien dan itu merupakan standar operasi," urai Alfred.

Ditempat yang sama, kuasa hukum RSUD DR. Djoelham Binjai, Arif Budiman Simatupang, dalam penyampaiannya menegaskan jika kliennya sudah bekerja sesuai SOP.

"Dari awal sudah dijelaskan tidak ada hubungannya antara "no water" dengan meninggalnya pasien. Yang dikatakan malapraktik itu adalah kelalaian, namun disini tidak ada kelalaian," tegasnya.

Sebagai kuasa hukum, Arif juga mengatakan jika keluarga korban merasa keberatan dan dirugikan, ia pun mempersilahkannya ke jalur hukum."Jangan terus mencari titik kelemahan manajemen rumah sakit, seperti mendatangi inspektorat yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan. Dalam hal ini kita harus taat pada regulasi," pungkasnya.

Pun begitu, sambung Arif, ia dan kliennya juga turut berduka atas meninggalnya korban saat menjalani cuci darah di RSUD DR. Djoelham Binjai.

Diketahui, Rantam Br Ketaren (75) meninggal dunia saat menjalani cuci darah di RSUD DR. Djoelham Binjai. Kematian korban diduga akibat malapraktik dan beredar viral di media sosial (Medsos).Kejadian tersebut bermula pada saat korban menjalani cuci darah untuk kedua kalinya di Ruang Hemodialisa yahg berada di RSUD DR Djoelham.

"Ibu saya masuk ke RSUD Djoelham pada tanggal 8 Februari 2025 kemarin. Pertama kali cuci darah pada tanggal 12 Februari. Dan cuci darah kedua pada tanggal 15 Februari 2025. Namun akhirnya ibu saya meninggal dunia," ujar Tiopan Tarigan yang merupakan anak korban saat dikonfirmasi awak media, Kamis (27/2/2025).

Diakui pria yang juga berprofesi sebagai Advokat tersebut, pada saat ibunya menjalani cuci darah, sudah memakan waktu sekitar satu jam lamanya. Bahkan ia pun mengaku sempat meninggalkan ibunya untuk membeli perbekalan di Pasar Kaget Binjai.

"Saya memang lagi di luar untuk membeli perbekalan ibu saya di Pasar Kaget Kota Binjai. Karena kata dokter, ibu saya sudah bisa pulang. Tiba-tiba kakak saya menelepon sambil menangis histeris. Di bilangnya ibu saya sudah meninggal," urai Tiopan.

Namun diakui Tiopan, setibanya kembali ke RSUD Djoelham, ia melihat sudah ada satu unit mobil pemadam kebakaran. Ia juga melihat petugas pemadam pada waktu itu memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD).

"Sedangkan ibu saya waktu itu saya lihat dadanya lagi ditekan-tekan. Saya juga mendengar perkataan tim medis waktu itu menyatakan ibu saya meninggal dunia. Spontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan "No Water". Ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah," beber Tiopan.

"Ada petugas medis yang menyahuti pertanyaan saya, katanya kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu," sambungnya.

Karena merasa janggal dan ada kejanggalan terkait kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya."Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian," kata Tiopan.

Bahkan menurut Tiopan dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius."Sampai saat ini apa karena kekurangan air membuat ibu saya meninggal dunia. Ini yang terus menghantui saya. Pada tanggal 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya," kata Tiopan.

Tak hanya itu, Tiopan juga menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu.

"Dimana poin-poin pelayanan publik yang saya amati, akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1x24 jam. Lift itu hanya sampai pukul 18.00 Wib saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan bau," ungkapnya.

Disinggung apakah kejadian ini akan dibawa ke ranah hukum, Tiopan menjelaskan akan menunggu terlebih dahulu itikad rumah sakit 2-3 hari mendatang. (**)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Heru
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Lagi, Ricky Anthony Gerak Cepat Bantu Korban Kebakaran di Stabat

Lagi, Ricky Anthony Gerak Cepat Bantu Korban Kebakaran di Stabat

Korpri Kota Binjai Gelar Tausiyah Ramadhan

Korpri Kota Binjai Gelar Tausiyah Ramadhan

Amir Hamzah Lantik 4 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemko Binjai

Amir Hamzah Lantik 4 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemko Binjai

Amir Hamzah Terima Kunjungan BPK RI Perwakilan Sumut

Amir Hamzah Terima Kunjungan BPK RI Perwakilan Sumut

15 Pasangan Bukan Suami Istri Diamankan Tim Gabungan di Binjai

15 Pasangan Bukan Suami Istri Diamankan Tim Gabungan di Binjai

Pemko Binjai Dukung Event Bikers Day 2025

Pemko Binjai Dukung Event Bikers Day 2025

Komentar
Berita Terbaru