RSUP HAM Bantah Pembiaran Penanganan Fahrezi Penderita Tumor
Kitakini.news - Terkait tudingan dugaan adanya pembiaran pasien tumor ganas dari Padangsidimpuan karena tak ada dokter, pihak RSUP H Adam Malik (HAM), sopir ambulance dan perawat pendamping memberikan bantahan.
Baca Juga:
Bahwa Fahrezi Lubis (11), pasien penderita tumor ganas di kaki yang dibawa dari tempat asalnya Kota Padangsidimpuan menuju Medan, mendapatkan penanganan yang baik dan cepat dari pihak RSUP HAM.
Pengakuan itu disampaikan Armada Hasibuan, perawat dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan yang mendampingi Fahrezi bersama Zunaidi Nainggolan (sopir ambulance).
"Kami yang antar adek Fahrezi ke RS Adam Malik, sekira pukul 22.30 WIB kami sampai di sana. Kemudian kami urus semua surat menyurat," ujar Armada.
Awalnya lanjut Armada, mereka sempat mendapatkan kendala karena Fahrezi tidak bisa mendapatkan layanan rawat inap tanpa surat rujukan. Namun nyatanya pihak RSUP HAM mempermudah urusan dan segera menerima permintaan tersebut.
"Permintaan kami (rawat inap) dipermudah dan dikabulkan. Dengan cepat pihak RS melakukan perawatan hingga pemeriksaan terhadap si Fahrezi," ujarnya kepada wartawan melalui telepon selulernya, Kamis (22/12/2022) sore.
Adapun suara jeritan Fahrezi lanjutnya, karena saat itu sedang menunggu hasil rekam medis usai pemeriksaan awal oleh tim dokter. Mereka menduga pasien merasa bosan.
"Saat diperiksa dokter, kami bersama keluarga menunggu hasil laboratorium hingga pukul 03.00 WIB. Mungkin karena lama Fahrezi menangis histeris, tapi pada intinya bukan karena lamanya dokter, tetapi menunggu hasil pemeriksaan," ungkapnya.
Sedangkan untuk kondisi Fahrezi yang harus terikat di tempat tidur, Armada dan Zunaidi mengatakan situasinya karena pasien tersebut sempat melawan saat pemberian obat.
"Marah-marah dia, mamaknya pun dipukulnya, makanya kami ikat sebentar untuk memberikan obat," kata Zunaidi.
Senada dengan itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, Saidah Asro Fauziah mengklarifikasi bahwa sebelumnya, hubungan pemerintah setempat dengan RSUP HAM terjalin baik. Apalagi penunjukan fasilitas kesehatan kelas A itu karena koordinasi yang baik pula.
Hal senada juga disampaikan Rosa, Kasubbag Humas RSUP HAM kepada wartawan. Ia membantah tudingan ketiadaan dokter, dimana saat itu Fahrezi berada di IGD.
"Pasien datang ke IGD langsung di tangani oleh dokter, bahkan sejak masih di ruangan screening pasien sudah ditangani dokter dari bagian bedah," tegas Rosa.
Kepada pasien sambungnya, dilakukan pemeriksaan laboratorium. Setelah selesai, pasien pun dikonsul ke bagian anak dan rencana rawat inap serta transfusi darah.
"Selama proses cek lab, pasti ada masa tunggu, bukan karena tak ada dokter. Justru dokter yang menyarankan untuk ke laboratorium setelah melihat kondisi pasien," tambahnya.
Suasana sempat ramai katanya, dimana pasien tumor tersebut mengamuk setelah diputuskan untuk melakukan rawat inap. Kemungkinan yang bersangkutan tidak bersedia.
"Menurut perawat yang membawanya dari kota asal, biasanya setelah berobat bisa pulang ke rumah. Jadi mungkin dia keberatan. Kurang lebih 45 menit pasien mengamuk sampai gelang identitasnya dibuka sendiri, dan pasien lari ke halaman IGD sambil menjerit minta pulang.
Penanganan medis lanjutan pun dilakukan selama di IGD setelah pasien tertidur. Saat ini Fahrezi sudah berada di ruang rawat inap Rindu B, RSUP HAM.
Kontributor: Efendi Jambak