Kurangi Polusi Udara, DPR-RI Bersama PDPI Akan Kaji Solusi
Teks foto: Ilustrasi Polusi Udara di Jakarta. (mui.or.id)
Baca Juga:
Kitakini.news – Kondisi polusi udara yang saat ini semakin parah terjadi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) bukan hanya disebabkan kendaraan bermotor saja, melainkan juga karena industry dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
“Polusi udara ini tak hanya satu penyebab, melainkan juga ada penyebab lalin. Jika dilihat penyebabnya itu bisa dari polusi transportasi dan juga bisa dari pembangkit listrik yang menggunakan Batubara,” ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR-RI, Charles Honoris di Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Sehingga, lanjut Charles, untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan polusi udara ini, pastinya membutuhkan jalan keluar yang komprehensif dan melibatkan berbagai sektor.
“Untuk mencari solusi mengatasi polusi udara ini, diperlukan juga tanggungjawab dari para pemangku kepentingan. Terutama ketegasan pemerintah kepada para pelaku industry yang berkontirbusi mencemari udara,” cetus Charles.
Hal senada juga dikatakan Anggota Komisi IX lainnya, Netty Prasetyani yang menegaskan bahwa dampak dari polusi udara ini mengakibatkan penyakit paru-paru, terlebih berakibat kepada kesehatan anak-anak.
“Kondisi ini semakin menguatkan DPR-RI untuk mendorong pemerintah untuk segera menyelesaikannya. Sebab, permasalahan penyakit Paru Obstruktif Kronik tentu harus mengeluarkan pembiayaan yang sangat besar dan itu adanya di titik hilir,” jelas Netty.
Komisi IX DPR-RI, lanjut Netty, perlu mendapatkan point-point penting, saran dan masukan untuk perumusan kebijakan guna mengatasi polusi udara dan menjaga kesehatan anak.
“Menurut saya ini nampaknya perlu kita dapatkan kajiannya secara mendalam. Sebab, banyak hal yang harus kita tindaklanjuti dengan berbagai rekomendasi,” tutur Netty.
Merespon hal itu, Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan untuk menyelesaikan persoalan polusi udara harus dengan lintas sektor dan dilakukan secara berkelanjutan.
“Dan yang terpenting adalah pencegahanya. Mencegah supaya tidak timbul penyakit. Polutannya itu diturunkan dan dikontrol, karena itu yang paling penting. Untuk pengontrolannya itu, di luar ranah kesehatan. Kita tak bisa menjangkau itu,” papar Agus.
Kontributor: Guruh Ismoyo