Dr Mustafa Imbau Masyarakat Sumut Jangan Mudah Terprovokasi Dengan Ujaran Kebencian
Kitakini.news - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRD Sumut), dr Mustafa Kamil Adam mengimbau masyarakat Sumut agar tidak mudah terprovokasi maupun diadu domba dengan ujaran kebencian yang dilontarkan oleh oknum-oknum tertentu baik melalui media sosial (Medsos) maupun yang lain.
Baca Juga:
"Kita berharap selain tetap menjaga persatuan dan kesatuan, masyarakat diharapkan tidak mudah terprovokasi atau diadu domba oleh oknum-oknum yang menyampaikan ujaran kebencian," ujar dr Mustafa kepada wartawan melalui sambungan telepon seluler dari Medan, Sabtu (2/11/2023).
Hal ini dikatakan dr Mustafa merespon perisitiwa kericuhan di Bitung, Manado dan pasca ditangkapnya pria berinisial L, yang diduga menyebarkan ujaran kebencian dan penistaan agama melalui media sosial (Medsos).
Politisi Partai NasDem ini juga meminta masyarakat bila ada yang ikut turun ke jalan dalam gerakan membela Palestina, agar tidak mudah terprovokasi dan meningkatkan kesabaran jika ada oknum-oknum yang mencoba memancing kericuhan maupun bentrokan fisik.
"Sebab kita ini bersaudara, satu bangsa dan satu Tanah Air. Jangan sampai diantara kita memunculkan prahara. Lebih bagus kita mendoakan agar perang Israel-Palestina segera berakhir," tuturnya.
Tak hanya itu, dr Mustafa juga mengapresiasi aparat penegak hukum yakni Polri dan TNI yang sampai saat ini berdiri didepan dalam menjaga keamanan negara dan bangsa. Serta telah menangkap terduga pelaku penyebar ujaran kebencian itu.
"Tentunya kita berharap dituntaskan kasusnya agar tidak berkembang dan menimbulkan tafsir keliru di tengah masyarakat," ujarnya.
Selain itu, sambung dr Mustafa, dirinya juga mengimbau semua lapisan masyarakat terutama para pemeluk agama untuk memberikan kepercayaan kepada aparat kepolisian, dan terus mengawal kasus ini hingga tuntas.
"Yang paling penting tentu saja tetap jaga persatuan dan kesatuan, kekompakan, dan tidak mudah terprovokasi, karena dikhawatirkan bisa menambah persoalan baru," imbuhnya.
Berkaitan dengan isi ujaran kebencian yang dilontarkarn L di media sosial, dr Mustafa menyebutkan, persoalan yang dihadapi Israel dan Palestina, bukanlah konflik agama, tetapi soal penjajahan dan kemanusiaan.
"Kebetulan warga Palestina sebagian besar beragama Islam, tetapi itu tidak berarti konflik berkaitan dengan agama," pungkasnya.
Karenanya, dr Mustafa sekali lagi mengimbau masyarakat tidak mudah menerima informasi yang disampaikan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Apalagi yang berpotensi memicu gerakan mengganggu stabilitas keamanan daerah.
Tak lupa dr Mustafa berharap kepada seluruh masyarakat harus bijak menggunakan media sosial, dan tidak begitu saja membagikan berita yang berpotensi menimbulkan gesekan.
"Marilah kita sama-sama menjaga kondusifitas daerah dengan tidak menyebarkan berita-berita yang belum tentu kebenarannya, apalagi tahun depan kita akan menghadapi Pemilu," cetusnya. (**)