Ini Rangkaian Pwrjalanan Gregoria Mariska untuk dapat Medali Perunggu Olimpiade 2024

Baca Juga:

• Tim Tabur Kejatisu Ringkus Tersangka DPO Dugaan Korupsi Pembangunan Stadion Madina
• Gratis, Ratusan Pebulutangkis Berlaga di 20 Nomor Kejurkot PBSI Medan 2024
• Sulteng Minta Menpora Investigasi Terkait Atlet Renangnya Yang Diklaim Jakarta

Di podium, Gregoria berdiri bersama He Bing Jiao dari Tiongkok yang meraih medali perak dan An Se Young dari Korea Selatan yang meraih medali emas di Porte de La Chapelle, Paris, Prancis, Senin (05/08/2024).

Perjuangan Gregoria terbilang cukup mulus di awal, hingga benar-benar dihadapkan pada lawan yang kuat dan akhirnya mampu meraih medali perunggu.

Di fase grup, Gregoria berada di Grup G bersama pebulutangkis Ukraina Polina Buhrova dan pebulutangkis Ceko Tereza Svabikova. Bertanding di La Chapelle Arena, Gregoria berhasil menjadi juara grup setelah mengalahkan Polina dengan skor 21-10 dan 21-15 serta Tereza dengan skor 21-12 dan 21-18.

Kemudian di babak 16 besar, pebulutangkis kelahiran 11 Agustus 1999 ini memenangkan pertandingan sengit melawan pebulutangkis Korea Selatan dengan skor 21-4, 8-21, dan 23-21. Di perempat final, Gregoria bertemu dengan atlet Thailand, Ratchanok Intanon.

Gregoria berhasil mencapai semifinal setelah mengalahkan Ratchanok dengan dua gim langsung, 25-23 dan 21-9. Di laga semifinal, atlet kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah ini berhadapan dengan unggulan pertama An Se Young dari Korea Selatan.

Meskipun sempat unggul di gim pertama, Gregoria harus mengakui keunggulan An Se Young dengan skor akhir 21-11, 13-21, dan 16-21. Sementara itu di semifinal lainnya, atlet Spanyol Carolina Marin yang unggul di gim pertama 21-14 atas atlet Tiongkok He Bing Jiao mengalami cedera di tengah gim kedua.

Kondisi ini membuat Carolina tidak bisa melanjutkan pertandingan saat skor 10-8, sehingga memastikan medali perunggu untuk Gregoria.

Keberhasilan Gregoria mengakhiri penantian selama 16 tahun Indonesia untuk meraih medali bulutangkis tunggal putri di olimpiade. Sebelum Gregoria, pebulutangkis tunggal putri Indonesia terakhir yang meraih medali adalah Maria Kristin yang memperoleh perunggu di Olimpiade Beijing 2008.

Pelatih sektor tunggal putri Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Herli Djaenudin, yang mendampingi Gregoria di Paris, menyampaikan kegembiraannya atas pencapaian atlet yang akrab disapa Jorji ini.

"Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kehendak dan rida-Nya, setelah sekian lama kita tidak mendapat medali di tunggal putri, alhamdulillah Jorji berhasil meraih medali perunggu," ujar Herli melansir Situs Kemenpora.

Herli juga bersyukur karena sektor bulutangkis mampu menjaga tradisi medali di setiap olimpiade. "Target saya memang medali, tidak peduli jenis medali, yang penting medali dulu, karena melihat dari ranking masih banyak di atasnya. Ini adalah ajang pembuktian Jorji," ujarnya.

Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Paris 2024, Anindya Bakrie, juga mengungkapkan rasa syukurnya atas medali pertama yang diraih Indonesia. Anindya berharap keberhasilan Gregoria ini bisa memotivasi atlet Indonesia lainnya yang masih berjuang di Olimpiade Paris 2024.

"Alhamdulillah, perjuangan yang luar biasa. Ini menjadi inspirasi bagi semua atlet bahwa kita tidak boleh menyerah sampai akhir. Ini kebanggaan untuk kita, Jorji memberikan kebanggaan untuk Indonesia. Penampilan Jorji dari awal hingga hari ini terus meningkat," kata Anindya.

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari juga mengaku bangga dan mengapresiasi perjuangan Gregoria hingga meraih medali perunggu.

"Perjuangan yang luar biasa yang ditunjukkan oleh Jorji sampai akhir. Ini adalah ganjaran, medalinya Jorji bukan diberikan tetapi hasil perjuangan yang berbuah medali," kata Ketua Umum NOC Indonesia.