Buruknya Kualitas Lapangan Jadi Penghambat Performa PSMS Medan Musim Ini?

Secara keseluruhan, performa PSMS di musim ini tidak sepenuhnya buruk, terutama dalam laga tandang. Dari 11 laga (8 di babak penyisihan dan 3 di babak playoff degradasi), PSMS sukses meraih lima kemenangan dan tiga hasil imbang, dengan tiga kekalahan.

Baca Juga:

• Nil Maizar Ingin Perpanjang Masa Melatih di PSMS, Namun Sampaikan Syarat
• PSMS Medan Akhiri Musim dengan Kemenangan 3-1 atas Persikota Tangerang
• Analisis Peluang Juninho Rebut Gelar Top Skor Liga 2: Misi Mustahil atau Keajaiban di Laga Terakhir?

Namun, permasalahan justru muncul di kandang sendiri. Dari delapan laga kandang yang seharusnya menjadi ladang poin, PSMS hanya mampu meraih empat kemenangan, tiga hasil imbang, dan satu kekalahan, tiga hasil imbang. Salah satu faktor utama yang disorot adalah kondisi lapangan Stadion Baharuddin Siregar, Lubuk Pakam, yang memang kurang layak.

Hal itu terjadi lantaran sejak awal musim Liga 2 2023/2024, Stadion Teladan Medan direnovasi, sementara Stadion Utama Sumatera Utara, juga masih dalam tahap pembangunan. Kedua stadion itu belum bisa PSMS gunakan hingga akhir, Stadion Teladan belum rampung, sementara stadion utama kendati rampug, tapi belum bisa digunakan.

Pelatih PSMS, Nil Maizar, secara terbuka mengakui bahwa buruknya kualitas lapangan kandang turut berpengaruh pada performa timnya.

"Kalau lapangan pasti kendala, karena kalau saya lihat anak-anak ini kalau bermain di sini (Stadion Baharuddin Siregar) , kadang-kadang nggak bisa dia build-up, sementara di luar bisa build-up. Dengan begitu, saya sudah instruksikan kamu main dari belakang langsung saja ke depan, itu kalau main di sini," ujar Nil Maizar, baru-baru ini.

Ia membandingkan performa timnya di laga tandang dengan kondisi lapangan yang lebih baik.

"Kalau kita main di lapangan yang bagus seperti di Persikabo, Dejan kemarin di Bekasi, atau di Nusantara, kita bisa build-up, tapi ini kan nggak bisa. Sentuhan pertama susah, pas kita sentuhan pertama, kaki kita tertekan di tanah. Tapi kalau lapangan bagus, permainan berubah karena di empat pertandingan kita clean sheet, itu lapangan bagus-bagus semua. Ini bukan mencari alasan," ucap pelatih 55 tahun itu.

Nil Maizar juga menekankan bahwa kualitas lapangan memengaruhi gaya bermain timnya.

"Kalau lapangan bagus, cara bermain kelihatan, sentuhan-sentuhannya terlihat. Karena sepak bola itu keputusan, kalau keputusannya betul, butuh fasilitas. Kalau fasilitas bagus, kalau mau kontrol bola pun lebih mudah. Kalau lapangan bagus, sudah luar biasa ini," ungkap mantan pelatih timnas Indonesia itu.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa ini bukan sekadar mencari-cari alasan.

"Tidak bermaksud mencari-cari alasan, tapi itu (buruknya lapangan) jadi salah satu aspek, seperti juga dukungan suporter pasti berpengaruh untuk semangat tim. Jangan nanti ditulis saya bilang kita gagal karena lapangan, nanti orang bilang, 'alah lu lapangan melulu'," katanya.

Senada dengan sang pelatih, kapten PSMS, Rachmad Hidayat, juga mengakui bahwa kondisi lapangan menjadi kendala bagi gaya bermain tim.

"Coach ini kan tipe pelatih yang main pendek-pendek, punya karakter. Agak sulit kita main di lapangan begini. Aku ngakuin pribadi sendiri."

Lebih lanjut, Rachmad Hidayat menyatakan harapannya agar Nil Maizar tetap bertahan untuk musim depan.

"Kalau aku pribadi (soal Nilaizar) masalah kontrak ya, tapi aku ingin coach tetap bertahan lagi. Kita bangun sama-sama lagi, karena kan chemistry-nya sudah terbukti," ungkapnya.