Jon Sujani Pasaribu Inginkan Padangsidimpuan Motor Penggerak Poda Nalima
Keinginan
tersebut ia sampaikan pada gelaran pertemuan Marpokat tentang Poda Nalima bersama
para tokoh masyarakat, tokoh adat, raja luat, di Hotel Sitamiang, Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan, akhir pekan lalu.
Baca Juga:
"Acara
Marpokat (musyawarah) ini sengaja dilakukan untuk membumikan kembali Poda
Nalima di bumi Dalihan Natolu dengan melibatkan tokoh-tokoh adat (raja-raja luat)
di kota Padangsidimpuan," ujar Jon Sujani kepada wartawan.
Adapun
falsafah dalam Poda Nalima atau lima pesan kata Jon Sujani, dengan bahasa
Angkola-Mandailing adalah Paias Rohamu (bersihkan hatimu), Paias Pamatangmu
(bersihkan badanmu), Paias Parabitonmu (bersihkan pakaianmu), Paias Bagasmu
(bersihkan rumahmu) dan Paias Pakaranganmu (bersihkan lingkunganmu).
Karenanya
kata Jon, pertemuan bersama para tokoh adat tersebut adalah untuk mengupayakan
percepatan membumikan kembali Poda Nalima di semua wilayah bumi Dalihan Natolu
(Kabupaten Tapsel, Paluta, Palas, Madina dan Kota Padangsidimpuan). Temasuk
bagaimana falsafah ini masuk ke dalam kurikulum pendidikan, kearifan lokal.
Menurut
Jon Sujani, kawasan Tabagsel pada masa lalu yang masih satu kabupaten, Tapanuli
Selatan, sangat memegang teguh falsafah Poda Nalima. Namun pada masa sekarang,
setelah terjadi pemekaran menjadi lima kabupaten/kota, seakan pesan-pesan
tersebut mulai dilupakan.
"Maka
dari itu, kita harus mengupayakan bagaimana Poda Nalima bisa membumi kembali. Dan
Kota Padangsidimpuan sebagai motor penggeraknya, hingga pesan itu atau slogan
itu kembali kuat di Tabagsel," ujar Jon Sujani Pasaribu.
Teks foto : Tokoh masyarakat Tabagsel, Jon Sujani
Pasaribu menggelar acara Marpokat (musyawarah) dengan raja-raja luat di Kota
Padangsidimpuan. (Efendi Jambak)
Sebagaimana
dasar negara Indonesia, Pancasila atau lima sila kata Jon, maka di Tabagsel ada
falsafah Dalihan Natolu, yang turunannya adalah Poda Nalima. Sehingga semua
elemen masyarakat dan tokoh adat bersama pemerintah saling sinergi menguatkan
kembali pesan itu di kehidupan sosial.
Sementara
Raja Adat, CH H Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam yang hadir pada pertemuan
tersebut, mengatakan bahwa selama ini belum ada aturan tegas yang mengikat dari
pemerintah untuk membumikan Poda Nalima. Padahal maknanya cukup luar biasa.
"Saya
sering baca buku terkait kearifan lokal, menurut saya belum ada mungkin yang
menandingi warisan leluhur kita Poda Nalima ini. Baik itu secara Nasional atau
mungkin Internasional. Maka mulai saat ini, melalui Jon Sujani Pasaribu, mari
kita dukung gerakan bumikan kembali Poda Nalima ini," ajaknya.
Dahulu,
kata dia, mulai anak-anak sudah ada pendidikan tentang pemahaman Poda Nalima.
Ia menegaskan, jika ingin slogan ini kembali membumi, maka harus ada peraturan
yang mengikat. Baik itu Perda atau Perwal-nya.
Begitu
juga kepada raja-raja, pemerintahan di tingkat desa/kelurahan untuk bisa
membawa masyarakat agar menjalankan pesan Poda Nalima di tempat masing-masing. Sehingga
semua pihak bisa membumikan falsafah budaya ini.
"Bila
perlu, semua lini, bahkan di kalangan ASN, terapkan Poda Nalima dalam bertugas.
Sehingga tak akan luntur termakan zaman," harapnya.
Turut
hadir dalam Marpokat itu antara lain, Baginda Nauli Pardomuan Luat Panyanggar.
Tuongku Namora Raja Luat Batunadua, Baginda Raja Sodogoran Raja Luat
Hutaimbaru, Sutan Sakti Alam Raja Luat Pijorkoling. Serta Baginda Malioton
Harahap Simatoktong.
Kontributor: Efendi Jambak