Djarot Minta Mahasiswa STIE Sultan Agung Siantar, Menjadi Duta Pancasila
Teks Photo : Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Djarot Saiful Hidayat meminta mahasiswa dan mahasiswi, serta dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sultan Agung Pematang Siantar, untuk menjadi duta Pancasila. (Foto : Ari)
Baca Juga:
Kitakini.news – Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Djarot Saiful Hidayat meminta mahasiswa dan mahasiswi, serta dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sultan Agung Pematang Siantar, untuk menjadi duta Pancasila.
Duta Pancasila dari STIE Sultan Agung ini bertugas untuk membumikan Pancasila, mulai dari keluarga, teman bermain dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga paham-paham radikal bisa dibumihanguskan dari Indonesia.
Ajakan yang lebih pada penugasan ini, disampaikan Djarot dalam kegiatan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, mahasiswa/I dan tenaga pengajar di aula kampus, di Jalan Surabaya Kota Pematang Siantar, pada Jumat, 16 Desember 2022.
“Saya senang melihat kampus, dan secara umum yayasan Sultan Agung ini karena muridnya dan tenaga pendidiknya multi etnis dan penuh kerukunan,” ujar legislator dari daerah pemilihan Sumut III tersebut.
Berdasarkan sejarahnya, dulu bermula dari Chong Hua School atau disebut dengan dengan nama Zong Hua yang didirikan pada tahun 1909, jauh sebelum kemerdekaan dan kemudian menjadi Yayasan Perguruan Sultan Agung, terus bertahan hingga saat ini dengan divisi pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan Sekolah Tinggi.
Djarot memuji, melihat nama Chong Hua School yang masih terpampang di gedung utama sekolah tertua di pulau Sumatera ini, namun secara persentase agama para pelajar yang menimba ilmu di tempat ini, hampir berimbang antara yang beragama Islam, Kristen dan Budha dan rukun, tanpa ada gesekan, karena berdasarkan data BNPT, 85% generasi muda menjadi generasi yang sangat “rentan” terpapar radikalisme/terorisme yang disebarluaskan melalui media sscial dan bisa meracuni 202 jiwa pengguna media sosial di Indonesia sebagai salah satu negara terbesar pengguna media sosial di dunia.
Berdasarkan ALFARA, sebanyak 19 persen aparatur sipil negara, dan 23,4 persen mahasiswa di Indonesia terpapar radikalisme, anti-Pancasila & UUD 1945
Survei Wahid Istitut Trend intoleransi cenderung naik dari 46% menjadi 54% dan kelompok masyarakat yang rawan terpengaruh gerakan radikalisme, jika diajak atau ada kesempatan berada pada angka sebesar 7,1% atau sekitar 11,4 juta jiwa
Sedangkan berdasarkan riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019 pada 97 Perguruan Tinggi menyebutkan 30,16% mahasiswa Indonesia memiliki sikap toleransi beragama yang rendah dan sangat rendah.
Hal ini, kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut, ternyata STIE Sultan Agung tidak termasuk salah satu dari Perguruan Tinggi tersebut, karena pemahaman idiologi Pancasila mahasiswa di kampus ini sudah cukup matang, sehingga, pelajar dan mahasiswa di Yayasan ini, menjadi duta Pancasila, guna menghempang sikap intoleran, paham radikalisme dengan mencoba memasukkan idiologi lain diluar Pancasila untuk memecahbelah bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.
“Mahasiswa dan para dosen yang sudah memiliki sikap nasionalisme dan memegang teguh idiologi Pancasila yang sudah ditanamkan di Yayasan ini, harus ditularkan kemanapun dan dimanapun,”tutup Djarot. (end)