Bintang Emon dan Komika Indonesia Tolak Revisi UU Pilkada, Desak Kompetisi yang Adil
Aksi ini digelar sebagai bentuk penolakan terhadap pengesahan Revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (UU Pilkada) yang rencananya akan disahkan dalam Rapat Paripurna.
Baca Juga:
Di antara ribuan massa yang hadir, beberapa komika yang terlihat turut menyuarakan aspirasi mereka adalah Abdel Achrian, Abdur Arsyad, Bintang Emon, Mamat Alkatiri, Yudha Ramadhan alias Yudha Keling, Adjis Doa Ibu, Ebel Cobra, dan Arie Kriting.
Kehadiran para komika ini memberikan warna tersendiri dalam aksi tersebut, di mana mereka tidak hanya sekedar hadir tetapi juga aktif berorasi dari atas mobil komando.
Adjis, Abdur, Abdel, Arie Kriting, Bintang Emon, dan Mamat tampak kompak mengenakan kaos hitam saat menyampaikan orasi mereka. Dalam orasi yang disampaikan, mereka menegaskan bahwa aksi ini bukanlah untuk membela kepentingan partai politik tertentu, melainkan murni sebagai wujud kekecewaan terhadap para elite politik yang dinilai bermain-main dengan hukum dan konstitusi.
Komika Bintang Emon, dalam orasinya, menyoroti apa yang dia sebut sebagai "akrobat politik" yang dipaksakan oleh para elite.
"Banyak akrobat-akrobat yang enggak masuk akal dan kita dipaksa untuk menelan, kita dianggap bodoh. Ketika kita dianggap bodoh, kita harus melawan!" ujar Bintang dari atas mobil komando.
Bintang juga menambahkan bahwa massa aksi hanya menginginkan kompetisi Pilkada yang adil demi mendapatkan pemimpin yang terbaik.
"Berikan kami kompetisi yang baik untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin yang baik buat kita," tegasnya.
Di tengah aksi, beredar kabar bahwa hampir seluruh komika yang hadir tidak mengunggah aktivitas mereka di media sosial. Hal ini sejalan dengan imbauan yang disebarkan di media sosial agar para demonstran menjaga privasi dan keamanan dengan tidak mengunggah momen demo secara real-time.
Namun, Abdel Achrian sempat mengunggah ulang Instagram Story dari salah satu pengikutnya yang memotret dirinya saat sedang beraksi.
Aksi ini menjadi bukti bahwa suara penolakan terhadap Revisi UU Pilkada tidak hanya datang dari masyarakat umum, tetapi juga dari kalangan selebriti dan komedian yang peduli akan masa depan demokrasi Indonesia.*