Kitakini.news – Sesak
napas ketika berbaring atau ortopnea bisa menjadi tanda atau gejala suatu penyakit. Beberapa
orang sering mengalami ortopnea. Meski tubuh dalam kondisi
rileks sambil berbaring, sesak napas justru bisa muncul.
Dalam dunia kedokteran, ortopnea
didefinisikan sebagai sesak napas atau kesulitan bernapas saat berbaring. Ada berbagai penyakit atau
kondisi kesehatan yang memicu ortopnea.
Dilansir dari
laman CNN Indonesia, berikut ini
berbagai kondisi kesehatan memicu ortopnea!
Gagal jantung adalah
salah satu penyebab sesak napas saat berbaring yang paling umum. Selain
sesak napas, gagal jantung juga
menimbulkan gejala lain
seperti kelelahan, bengkak akibat akumulasi cairan
(edema), juga batuk atau mengi.
Dikutip dari Medical News Today, dalam kondisi ini berarti
jantung tidak bisa memompa
darah ke seluruh tubuh dengan normal. Jantung jadi sulit rileks setelah memompa
hingga tekanan meningkat dan cairan kembali ke paru-paru, perut, atau kaki.
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) bisa memicu gejala
berupa sesak napas ketika berbaring.
PPOK merusak kantung udara sehingga saluran pernapasan menyempit dan susah bernapas. Biasanya kesulitan bernapas
ini dialami pengidap saat aktivitas fisik dan
berbaring.
Orang dengan obesitas bisa juga mengalami kesulitan bernapas saat berbaring. Tumpukan lemak
bisa memengaruhi bentuk dan fungsi sistem pernapasan serta struktur lainnya. Lemak bisa memberikan tekanan pada
struktur dinding dada, memengaruhi gerakan diafragma, dan kemampuan respons
menarik serta menghembuskan napas. Bernapas menjadi lebih sulit ketika
berbaring.
Sesak napas bisa menjadi salah satu reaksi alergi.
Sebaiknya, cek lagi kondisi lingkungan kamar kamu. Kamar rentan menampung pemicu alergi seperti debu, jamur, sampai bulu hewan peliharaan. Saat
terhirup, timbul sesak napas. Untuk orang yang sudah pengidap asma, tentu
alergen ini bisa memperburuk kondisi.
Familiar dengan mengorok? Mengorok merupakan salah satu
gejala sleep apnea. Dikutip dari Healthline, sleep apnea terjadi akibat
penyempitan saluran udara dan kadar oksigen rendah. Kesulitan bernapas bisa timbul dan membuat seseorang terbangun di
malam hari. Kemudian di pagi hari, biasanya orang bangun dengan rasa lelah.
Asam lambung naik atau refluks asam lambung bisa memicu
sesak napas ketika berbaring. Posisi
tidur berbaring membuat posisi perut dan dada sejajar sehingga makanan
bercampur asam naik ke esofagus sapai
tenggorokan.
Pneumonia juga bisa
membuat seseorang kesulitan bernapas saat berbaring. Pneumonia merupakan radang
paru akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur. Virus SARS-CoV-2 juga bisa
memicu pneumonia. Pneumonia bisa
memicu sejumlah gejala seperti sesak napas, napas cepat, batuk berdahak (dahak
berwarna kuning atau hijau), dahak bercampur darah, demam, hingga menggigil.
Tulis Komentar