Wajik Paceren, Bukti Keragaman di Berastagi

Namun, Berastagi juga punya wajik. Namanya, wajik Peceren. Kenapa bisa, bukakankah wajik dikenal sebagai makanan orang Jawa sementara Betastagi itu Karo?
Baca Juga:
Melansir berbagai sumber, Selasa (27/4/2025), tulah sebab wajik Peceren adalah bukti keragaman yang ada di Berastagi, Tanah Karo. Nyatanya, usaha kue ini telah demikian maju selalu diincar pelancong.
Kue khas masyarakat Jawa ini pun kini bisa dikatakan sebagai buah tangan andalan dari Kota Wisata tersebut.
Persis dengan tempat asalnya di Jawa, wajik Peceren di Berastagi Karo juga menggunakan ketan alias pulut. Kue ini berwarna cokelat dan tentu saja berasa manis karena memakai gula aren.
Penyebutan Peceren untuk wajik tersebut tak lain untuk menandakan daerah, sekitar dua kilometer dari pusat Kota Berastagi.
Kue tradisional ini awalnya dikenalkan oleh etnis Jawa yang bermigrasi ke Tanah Karo. Mereka bekerja menjadi buruh tani di ladang masyarakat Karo di sekitaran Peceren, Desa Sempa Jaya.
Seiring waktu mereka mencoba usaha sampingan berjualan pecal dan kue keliling, terutama wajik.
Lambat laun wajik digemari oleh pembeli. Usaha mereka terus berkembang hingga berhasil membuat warung atau warung makan.
Merunut sejarah, warung wajik mulai berdiri pada tahun 1950 di kawasan Peceren. Eksistensi warung wajik di Peceren mulai berkembang pada kurun tahun di mana bermunculan rumah makan serupa dengan konsep yang sama.
Setidaknya hingga kini telah berjejer warung Wajik Peceren yang ternama. Sebut saja Warung Wajik Peceren H Ngadimin, Warung Bahagia H Suparman, Wajik Bahagia Ai dan sebagainya.
Yang jelas, kehadiran wajik sebagai makanan andalan cukup unik. Tidak hanya karena makan itu berasal dari Jawa, tapi rasa yang manis cenderung berlawanan dengan lidah orang Sumatra Utara secara umum yang lebih suka pedas dan asam.

Kurir Narkoba Nyaru Jadi Pekerja Migran Selundupkan 12,8 Kg Sabu dari Malaysia

Tim Tabur Kejatisu Amankan DPO Terpidana Penipuan di Pematang Siantar

Sauna Sehat dengan Rempah, Oukup Jawabannya

Kacang Koro Pedang, Solusi Pangan dan Inovasi Pertanian Lokal di Tanah Karo

Komisi C DPRD Sumut Minta Bapenda Sumut Tingkatkan PAD
